Senin, 03 Juni 2013

ASyEK.. USTADZAHNYA FUN BANGET NGAJARNYA



Itu mah komentar peserta didik ya.. J. Kalau misalnya kita yang jadi ustadzah yang dapet komentar seperti itu, kira-kira respon kita gimana? Pasti hati kita berbunga-bunga ya.. atau malah kita bilang ‘biasa aja kali’, atau ‘halah, gombal’. Hemm, bagaimana pun komentar atas penilaian yang disampaikan peserta didik kepada kita, pasti saya yakin, dari lubuk hati yang paling dalam, kita sesungguhnya senang bahkan hidung kita kembang kempis karena bangga banget dapat pujian seperti itu. Betul tidak kawan? Haha. Ngaku aja lah, tak usah malu. J
Yah, memang kebanyakan or ang kalau belajar penginnya belajarnya asyik, tidak tegang, tidak terlalu monoton, banyak humor tapi menginspiratif, tidak membosankan, dan masih banyak lagi. Makanya tidak heran kalau ada seorang ustadz-ustadzah yang mengajar sesuai kriteria yang diinginkan para peserta didik, maka otomatis akan disukai para peserta didik.
Nah, tentu di dalam kelas atau majlis ta’lim, kita sebagai ustadz-ustadzah harus menghadapi sejumlah peserta didik dengan berbagai macam latar belakang, sikap, dan kemampuan/potensi, yang kesemuannya itu berpengaruh terhadap kebiasaannya dalam mengikuti pembelajaran. Sehingga tidak jarang terjadi aksi mogok sekolah, ngaji, TPA, atau dengan kata lain membolos, yang dilakukan oleh beberapa peserta didik hanya karena pelajaran atau ustadz pengampu mata pelajaran terasa sulit dan menyulitkan. Untuk kepentingan inilah, para ustadz-ustadzah dituntut untuk memberikan motivasi untuk membangkitkan semangat belajar mereka. Menciptakan suasana yang menyenangkan, mencair tak beku tak kaku, penuh semangat, dan membuat para peserta didik kembali menggebu-gebu untuk terus belajar. Para peserta didik akan tertarik belajar dan sudi untuk belajar bersungguh-sungguh jika mereka mempunyai semangat dan motivasi yang tinggi. Nah dengan demikian, mau tunggu apalagi untuk menjadi ustadz-ustadzah yang menyenangkan dalam mengajar?
Ngomong-ngomong tentang mengajar yang menyenangkan, sebenarnya gimanasih cara supaya bisa menjadi ustadz-ustadzah yang menyenangkan atau fun dalam mengajar? Boleh dong kita mengintip pendapat-pendapat para pakar pendidikan mengenai mengajar dengan methode yang fun? Oke. Mari kita simak pendapat mereka.

Mengajar yang fun ala Erman Pawitasari M.Ed.
Erma Pawitasari M.Ed, salah satu pakar pendidikan, mengatakan dalam seminar International Education Training bertema Smart Teaching and Fun Learning,  bahwa cara mengajar dengan metode read, repeat, dan distribute, bisa menjadi salah satu alternatif untuk dapat mengajar dengan menyenangkan. Selain menyenangkan, metode ini bisa menguatkan daya ingat para peserta didik. Bahkan membuat para peserta didik belajar dengan aktif dan kreatif. Erma juga menyarankan sebaiknya para pengajar ketika mengajar hendaknya memberi materi yang mempunyai banyak makna. Apabila membahas mengenai ilmu sains, maka sajikan juga ilmu-ilmu lain yang ada kaitannya dengan materi yang disajikan. Contohnya ilmu sains dikaitkan dengan ilmu agama yaitu dengan cara mencantumkan hadist atau ayat-ayat al-Quran. Cara tersebut akan lebih cepat difahami. Dalam penerapan metode ini, para ustadz-ustadzah bisa mencoba mengkait-kaitkan materi yang diajarkan dengan pengetahuan lain. Mengajar hadits atau tafsir misalnya, bisa juga dikaitkan dengan ilmu kesehatan, social, sejarah dan lain sebagainya.
Memang untuk bisa mengaitkan pelajaran yang disampaikan dengan tema yang lain perlu pengetahuan yang sangat luas sekali. Banyak membaca bisa menjadi alternatif yang baik. Di pesantren tempat saya mengajar, ada seorang ustadzah muda, bukan saya tentunya, tapi teman saya J, yang sangat diidolakan oleh anak-anak. Ia berhasil menjadi ustadzah idola karena ketika mengajar ia selalu mengaitkan materi yang sedang dibahas dengan pengetahuan-pengetahuan yang lain. Kebetulan sang ustadzah adalah seorang yang kutu buku banget. Jadi tidak heran pengetahuannya tentang ilmu luar sangat luas sekali. Misalnya, membahas tentang Bani Israel di surat Al-Baqarah, maka sang ustadzah mengaitkannya dengan sejarah pergerakan Yahudi jaman dulu sampai sekarang. Benar-benar sangat cerdik sekali teman saya dalam mengambil hati para peserta didiknya. Sehingga tak heran, ketika salah seorang santri berseru “ Aku betah berjam-jam belajar, asal yang mengajar Ustadzah Fulanah”. Masya Allah, Alhamdulillah. Nah bagaimana kawan? Tentu kita bisa mencontoh metode pengajaran yang satu ini kalau kita benar-benar ingin disukai para peserta didik. Pengen disukai bukan berarti kita tidak ikhlas lho. Memang, cara yang bagus dalam berdakwah adalah mengambil hati orang yang akan didakwahi, selagi tidak menyeleweng dri syariat. Betulkan?

Jasmin Simon: bikin murid senang dan tambah dekat dengan pengajar
Oke. Selain cara mengajar yang disarankan oleh Erma Pawitasari, seorang pakar pendidikan dari Singapura, Jasmine Simon, juga mengatakan bahwa mengajar itu akan sangat menyenangkan apabila seorang pengajar bisa menyesuaikan metode mengajarnya dengan kondisi para peserta didiknya. Apapun metode mengajar yang digunakan, jika itu berhasil membuat para peserta didik merasa senang dan dekat dengan guru, maka itulah metode yang pas. Jika begini adanya, maka seorang ustadz-ustadzah tentu harus mengetahui kemampuan setiap peserta didik, mengenal bagaimana lingkungan hidupnya, karakternya, aktivitasnya sehari-hari, bahkan harus membedakan apakah peserta didik perempuan atau laki-laki. Dengan mengenali itu semua, maka sangat mudah sekali bagi ustadz-ustadzah dalam memilih metode mengajar yang pas dan mudah kena sasaran. Jika seorang peserta didik merasa kesulitan dengan materi yang sedang diajarkan, maka menjelaskan kembali dengan memberi gambaran atau contoh-contoh yang biasa ia temui dalam lingkungannya atau ia alami dalam aktivitasnya akan mempermudah dia dalam memahami pelajarannya dengan cepat.
Oke, kalau Erma Pawitasari dan Jasmine Osmon sudah memaparkan cara jitu bagaimana metode mengajar yang fun itu, maka bolehlah kita merilisnya satu persatu, bagaimana supaya para peserta didik dapat senang dengan pengajaran kita. Tak perlu diragukan lagi, bahwa cara mengajar yang sangat menyenangkan adalah jika proses pengajaran dilakukan dengan aktif, kreatif dan menyenangkan. Dengan demikian, para peserta didik akan termotivasi untuk terus belajar bersama dalam satu kelas atau majelis.
Untuk menciptakan pengajaran yang aktif. kreatif plus menyenangkan tentunya diperlukan berbagai ketrampilan mengajar. Dengan ketrampilan ini, ustadz-ustadzah bisa memvariasi cara penyampaian ilmu kepada para peserta didik.
Untuk variasi pengajaran, ustadz-ustadzah bisa menggunakan ketrampilan yang  aktif di dalam kelas, seperti mengadakan pembukaan dan penutupan pelajaran, menjelaskan, serta mengadakan variasi.
1.      Mengawali dengan pembukaan dengan penuh semangat.
Pembukaan yang dilakukan dipertama kali pertemuan biasanya yang akan ikut andil dalam menentukan lancar tidaknya sebuah majlis ta’lim. Jika pembukaan diawali dengan cara yang sangat professional, menyenangkan, dan penuh semangat biasanya sudah mampu menarik perhatian para peserta didik. Karena membuka pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seorang ustadz-ustadzah untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian peserta didik secara optimal, agar mereka memusatkan diri sepenuhnya pada pelajaran yang akan disajikan. Untuk mencapai hal-hal tersebut, maka ustadz-ustadzah bisa melakukan upaya berikut:
1.      Memulai kegiatan belajar mengajar dengan sambutan yang meriah. Seusai salam, ustadz-ustadzah bisa langsung menanyakan kabar kepada para peserta didik, atau bisa juga dengan menggunakan yel-yel bersama yang sifatnya menggugah semangat. Kalau di pesantren tempat saya mengajar, para santriwati pasti semangat sekali ketika ustadz-ustadznya menyambut mereka dengan pertanyaan: kaifa halukunna? (bagaimana kabar kalian semua). Dengan pertanyaan itu, dengan serentak dan suara membahana, para santri berseru: ‘Alhamdulillah! Hammasatun! Allahu Akbar!!’ (Alhamdulillah! Semangat! Allahu Akbar). Santriwati sendiri yang menciptakan yel-yel itu. Bersyukur sekali saya mempunyai anak didik yang selalu menumbuhkan motivasi sendiri, sehingga bukannya ustadzahnya yang membuat mereka semangat, tetapi justru malah mereka yang membuat para ustadz-ustadzahnya semangat mengajar. Benar-benar ajiib. ^_^
2.      Sebelum masuk ke inti pelajaran, ustadz-ustadzah bisa memulainya dengan memberikan pertanyaan mengenai pelajaran yang telah lampau. Sangat bagus sekali jika pada beberapa menit pertama digunakan untuk mengulang pelajaran sebelumnya dengan sekilas. Bisa juga, untuk menarik perhatian, ustadz-ustadzah mengawali pelajaran dengan cerita yang penuh hikmah. Dengan demikian pengajaran akan berjalan mulus lebih awal karena para peserta didik sudah focus pada pengajar di awal waktu.
3.      Menyampaikan tujuan (kompetensi dasar) yang akan dicapai.
4.      Mengulang sebentar materi yang sudah dijarkan di waktu yang lampau untuk sekedar mengingat. Setelah itu ustadz-usatadzh menghubungkan materi tersebut dengan materi yang akan diajarkan.
2.      Mengadakan Variasi
Pintar-pintar menciptakan variasi mengajar merupakan satu ketrampilan yang harus dikuasai para ustadz-ustadzah untuk mengatasi kebosanan para peserta didik dan menjaga ketekunan, semangat, serta antusias mereka dalam belajar. Berikut ini beberapa variasi yang bisa dicoba:
1.      Memvariasikan suara, gerakan badan dan mimik, mengubah posisi, dan mengadakan kontak pandang dengan para peserta didik.
2.      Variasi dalam menggunakan media pengajaran, seperti alat-alat peraga. Akan sangat baik sekali jika media tersebut bisa dilihat kasat mata.
3.       Variasi dalam pola interaksi misalnya dengan mengolompokkan peserta didik, tempat kegiatan pembelajaran, dan lain-lain.
3.      Tips Menyampaikan Materi
Dalam menyampaikan materi pengajaran, diperlukan sekali variasi yang mendukung kelancaran berlangsungnya kegiatan belajar mengajarnya. Walaupun misalnya para ustadz-ustadzah menyampaikan materi pengajaran dengan cara berceramah atau menjelaskan, maka tetap diharapkan para peserta didik tetap antusias mengikuti pelajaran sampai akhir. Berikut ini ada beberapa tips yang bisa dicoba:
1.      Ikhlas. Nah, ini mah yang harus dipatok pertama kali. Ikhlas merupakan pondasi dalam melakukan segala kegiatan. Jika dalam mengajar ustadz-ustadzah ikhlas untuk berbagi ilmu, maka otomatis cara penyampaian materi yang ustadz-ustadzah lakukan akan terasa menyenangkan dan mudah difahami bagi semua peserta didik.
2.      Menguasai materi. Untuk bisa menyampaikan materi dengan baik, tentu para ustadz-ustadzah dituntut untuk menguasai materi yang akan disampaikan. Dengan demikian, ustadz-ustadzah tidak bingung ketika menjelaskan maupun ketika mendapat pertanyaan dari peserta didik.
3.      Ketika menyampaikan materi pengajaran, kita usahakan dengan bahasa yang sederhana, lugas dan tidak bertele-tele.
4.      Memberikan contoh yang riil untuk setiap materi yang disampaikan. Kalau perlu juga memberikan analogi untuk penjelasan yang dianggap rumit.
5.      Memberikan canda tawa atau humor ditengah-tengah pelajaran juga sangat perlu diadakan untuk mencairkan suasana, dan lebih membuat anak rileks.
6.      Mengajukan pertanyaan kepada peserta didik untuk mencek pemahaman mereka.
7.      Sangat dianjurkan untuk memberi tantangan kepada para peserta didik untuk menguatakan pemahaman mereka terhadap materi yang telah disampaikan. Misalnya, para peserta didik yang mengaku sudah faham dengan penjelasan ustadz-ustadzah, disuruh mengulang di depan kelas seakan-akan ia adalah ustadz atau ustadzah yang sedang mengajar.
4.      Mengakhiri dengan penutupan yang berkesan
Untuk mengakhiri kegiatan belajar, ustadz-ustadzah bisa dengan menyimpulkan kembali materi yang telah disampaikan. Mengajukan beberapa pertanyaan kepada semua peserta didik untuk mencek pemahaman juga sangat baik untuk dilakukan. Selain itu juga, ustadz-ustadzah juga perlu memberikan tugas rumah baik berupa latihan-latihan praktek yang berkaitan dengan materi yang telah disampaikan, atau pun membaca bacaan yang terkait dengan pelajaran untuk menguatkan pemahaman atau menambah wawasan. Sebelum menutup majlis, ustadz-ustadzah sebisa mungkin memberi pesan atau motivasi kepada para peserta didik untuk terus belajar dan tak berputus asa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar