Itu
mah komentar peserta didik ya.. J. Kalau misalnya
kita yang jadi ustadzah yang dapet komentar seperti itu, kira-kira respon kita
gimana? Pasti hati kita berbunga-bunga ya.. atau malah kita bilang ‘biasa aja kali’,
atau ‘halah, gombal’. Hemm, bagaimana pun komentar atas penilaian yang
disampaikan peserta didik kepada kita, pasti saya yakin, dari lubuk hati yang
paling dalam, kita sesungguhnya senang bahkan hidung kita kembang kempis karena
bangga banget dapat pujian seperti itu. Betul tidak kawan? Haha. Ngaku aja lah,
tak usah malu. J
Yah,
memang kebanyakan or ang kalau belajar penginnya belajarnya asyik, tidak
tegang, tidak terlalu monoton, banyak humor tapi menginspiratif, tidak
membosankan, dan masih banyak lagi. Makanya tidak heran kalau ada seorang
ustadz-ustadzah yang mengajar sesuai kriteria yang diinginkan para peserta
didik, maka otomatis akan disukai para peserta didik.
Nah,
tentu di dalam kelas atau majlis ta’lim, kita sebagai ustadz-ustadzah harus menghadapi
sejumlah peserta didik dengan berbagai macam latar belakang, sikap, dan
kemampuan/potensi, yang kesemuannya itu berpengaruh terhadap kebiasaannya dalam
mengikuti pembelajaran. Sehingga tidak jarang terjadi aksi mogok sekolah,
ngaji, TPA, atau dengan kata lain membolos, yang dilakukan oleh beberapa
peserta didik hanya karena pelajaran atau ustadz pengampu mata pelajaran terasa
sulit dan menyulitkan. Untuk kepentingan inilah, para ustadz-ustadzah dituntut
untuk memberikan motivasi untuk membangkitkan semangat belajar mereka. Menciptakan
suasana yang menyenangkan, mencair tak beku tak kaku, penuh semangat, dan
membuat para peserta didik kembali menggebu-gebu untuk terus belajar. Para
peserta didik akan tertarik belajar dan sudi untuk belajar bersungguh-sungguh
jika mereka mempunyai semangat dan motivasi yang tinggi. Nah dengan demikian,
mau tunggu apalagi untuk menjadi ustadz-ustadzah yang menyenangkan dalam
mengajar?
Ngomong-ngomong
tentang mengajar yang menyenangkan, sebenarnya gimanasih cara supaya bisa
menjadi ustadz-ustadzah yang menyenangkan atau fun dalam mengajar? Boleh dong
kita mengintip pendapat-pendapat para pakar pendidikan mengenai mengajar dengan
methode yang fun? Oke. Mari kita simak pendapat mereka.
Mengajar yang fun ala Erman Pawitasari
M.Ed.
Erma
Pawitasari M.Ed, salah satu pakar pendidikan, mengatakan dalam seminar International
Education Training bertema Smart Teaching and Fun Learning, bahwa cara mengajar dengan metode read,
repeat, dan distribute, bisa menjadi salah satu alternatif untuk dapat
mengajar dengan menyenangkan. Selain menyenangkan, metode ini bisa menguatkan
daya ingat para peserta didik. Bahkan membuat para peserta didik belajar dengan
aktif dan kreatif. Erma juga menyarankan sebaiknya para pengajar ketika mengajar hendaknya memberi
materi yang mempunyai banyak makna. Apabila membahas mengenai ilmu sains, maka
sajikan juga ilmu-ilmu lain yang ada kaitannya dengan materi yang disajikan.
Contohnya ilmu sains dikaitkan dengan ilmu agama yaitu dengan cara mencantumkan
hadist atau ayat-ayat al-Quran. Cara tersebut akan lebih cepat difahami. Dalam
penerapan metode ini, para ustadz-ustadzah bisa mencoba mengkait-kaitkan materi
yang diajarkan dengan pengetahuan lain. Mengajar hadits atau tafsir misalnya,
bisa juga dikaitkan dengan ilmu kesehatan, social, sejarah dan lain sebagainya.
Memang
untuk bisa mengaitkan pelajaran yang disampaikan dengan tema yang lain perlu
pengetahuan yang sangat luas sekali. Banyak membaca bisa menjadi alternatif
yang baik. Di pesantren tempat saya mengajar, ada seorang ustadzah muda, bukan
saya tentunya, tapi teman saya J, yang sangat diidolakan oleh anak-anak.
Ia berhasil menjadi ustadzah idola karena ketika mengajar ia selalu mengaitkan
materi yang sedang dibahas dengan pengetahuan-pengetahuan yang lain. Kebetulan
sang ustadzah adalah seorang yang kutu buku banget. Jadi tidak heran
pengetahuannya tentang ilmu luar sangat luas sekali. Misalnya, membahas tentang
Bani Israel di surat Al-Baqarah, maka sang ustadzah mengaitkannya dengan
sejarah pergerakan Yahudi jaman dulu sampai sekarang. Benar-benar sangat cerdik
sekali teman saya dalam mengambil hati para peserta didiknya. Sehingga tak
heran, ketika salah seorang santri berseru “ Aku betah berjam-jam belajar, asal
yang mengajar Ustadzah Fulanah”. Masya Allah, Alhamdulillah. Nah bagaimana
kawan? Tentu kita bisa mencontoh metode pengajaran yang satu ini kalau kita
benar-benar ingin disukai para peserta didik. Pengen disukai bukan berarti kita
tidak ikhlas lho. Memang, cara yang bagus dalam berdakwah adalah mengambil hati
orang yang akan didakwahi, selagi tidak menyeleweng dri syariat. Betulkan?
Jasmin Simon: bikin murid senang
dan tambah dekat dengan pengajar
Oke.
Selain cara mengajar yang disarankan oleh Erma Pawitasari, seorang pakar
pendidikan dari Singapura, Jasmine Simon, juga mengatakan bahwa mengajar itu
akan sangat menyenangkan apabila seorang pengajar bisa menyesuaikan metode mengajarnya
dengan kondisi para peserta didiknya. Apapun metode mengajar yang digunakan,
jika itu berhasil membuat para peserta didik merasa senang dan dekat dengan
guru, maka itulah metode yang pas. Jika begini adanya, maka seorang
ustadz-ustadzah tentu harus mengetahui kemampuan setiap peserta didik, mengenal
bagaimana lingkungan hidupnya, karakternya, aktivitasnya sehari-hari, bahkan
harus membedakan apakah peserta didik perempuan atau laki-laki. Dengan
mengenali itu semua, maka sangat mudah sekali bagi ustadz-ustadzah dalam
memilih metode mengajar yang pas dan mudah kena sasaran. Jika seorang peserta
didik merasa kesulitan dengan materi yang sedang diajarkan, maka menjelaskan
kembali dengan memberi gambaran atau contoh-contoh yang biasa ia temui dalam
lingkungannya atau ia alami dalam aktivitasnya akan mempermudah dia dalam
memahami pelajarannya dengan cepat.
Oke,
kalau Erma Pawitasari dan Jasmine Osmon sudah memaparkan cara jitu bagaimana
metode mengajar yang fun itu, maka bolehlah kita merilisnya satu persatu, bagaimana
supaya para peserta didik dapat senang dengan pengajaran kita. Tak perlu
diragukan lagi, bahwa cara mengajar yang sangat menyenangkan adalah jika proses
pengajaran dilakukan dengan aktif, kreatif dan menyenangkan. Dengan demikian,
para peserta didik akan termotivasi untuk terus belajar bersama dalam satu
kelas atau majelis.
Untuk
menciptakan pengajaran yang aktif. kreatif plus menyenangkan tentunya
diperlukan berbagai ketrampilan mengajar. Dengan ketrampilan ini,
ustadz-ustadzah bisa memvariasi cara penyampaian ilmu kepada para peserta
didik.
Untuk
variasi pengajaran, ustadz-ustadzah bisa menggunakan ketrampilan yang aktif di dalam kelas, seperti mengadakan
pembukaan dan penutupan pelajaran, menjelaskan, serta mengadakan variasi.
1.
Mengawali
dengan pembukaan dengan penuh semangat.
Pembukaan
yang dilakukan dipertama kali pertemuan biasanya yang akan ikut andil dalam
menentukan lancar tidaknya sebuah majlis ta’lim. Jika pembukaan diawali dengan
cara yang sangat professional, menyenangkan, dan penuh semangat biasanya sudah
mampu menarik perhatian para peserta didik. Karena membuka pelajaran merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan seorang ustadz-ustadzah untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik
perhatian peserta didik secara optimal, agar mereka memusatkan diri sepenuhnya
pada pelajaran yang akan disajikan. Untuk mencapai hal-hal tersebut, maka
ustadz-ustadzah bisa melakukan upaya berikut:
1.
Memulai kegiatan
belajar mengajar dengan sambutan yang meriah. Seusai salam, ustadz-ustadzah
bisa langsung menanyakan kabar kepada para peserta didik, atau bisa juga dengan
menggunakan yel-yel bersama yang sifatnya menggugah semangat. Kalau di
pesantren tempat saya mengajar, para santriwati pasti semangat sekali ketika
ustadz-ustadznya menyambut mereka dengan pertanyaan: kaifa halukunna?
(bagaimana kabar kalian semua). Dengan pertanyaan itu, dengan serentak dan
suara membahana, para santri berseru: ‘Alhamdulillah! Hammasatun! Allahu
Akbar!!’ (Alhamdulillah! Semangat! Allahu Akbar). Santriwati sendiri yang
menciptakan yel-yel itu. Bersyukur sekali saya mempunyai anak didik yang selalu
menumbuhkan motivasi sendiri, sehingga bukannya ustadzahnya yang membuat mereka
semangat, tetapi justru malah mereka yang membuat para ustadz-ustadzahnya
semangat mengajar. Benar-benar ajiib. ^_^
2.
Sebelum masuk ke
inti pelajaran, ustadz-ustadzah bisa memulainya dengan memberikan pertanyaan
mengenai pelajaran yang telah lampau. Sangat bagus sekali jika pada beberapa
menit pertama digunakan untuk mengulang pelajaran sebelumnya dengan sekilas.
Bisa juga, untuk menarik perhatian, ustadz-ustadzah mengawali pelajaran dengan
cerita yang penuh hikmah. Dengan demikian pengajaran akan berjalan mulus lebih
awal karena para peserta didik sudah focus pada pengajar di awal waktu.
3.
Menyampaikan
tujuan (kompetensi dasar) yang akan dicapai.
4.
Mengulang
sebentar materi yang sudah dijarkan di waktu yang lampau untuk sekedar
mengingat. Setelah itu ustadz-usatadzh menghubungkan materi tersebut dengan
materi yang akan diajarkan.
2.
Mengadakan
Variasi
Pintar-pintar menciptakan variasi
mengajar merupakan satu ketrampilan yang harus dikuasai para ustadz-ustadzah untuk
mengatasi kebosanan para peserta didik dan menjaga ketekunan, semangat, serta
antusias mereka dalam belajar. Berikut ini beberapa variasi yang bisa dicoba:
1.
Memvariasikan
suara, gerakan badan dan mimik, mengubah posisi, dan mengadakan kontak pandang
dengan para peserta didik.
2.
Variasi dalam
menggunakan media pengajaran, seperti alat-alat peraga. Akan sangat baik sekali
jika media tersebut bisa dilihat kasat mata.
3.
Variasi dalam pola interaksi misalnya dengan
mengolompokkan peserta didik, tempat kegiatan pembelajaran, dan lain-lain.
3.
Tips
Menyampaikan Materi
Dalam menyampaikan materi pengajaran,
diperlukan sekali variasi yang mendukung kelancaran berlangsungnya kegiatan
belajar mengajarnya. Walaupun misalnya para ustadz-ustadzah menyampaikan materi
pengajaran dengan cara berceramah atau menjelaskan, maka tetap diharapkan para
peserta didik tetap antusias mengikuti pelajaran sampai akhir. Berikut ini ada
beberapa tips yang bisa dicoba:
1.
Ikhlas. Nah, ini
mah yang harus dipatok pertama kali. Ikhlas merupakan pondasi dalam melakukan
segala kegiatan. Jika dalam mengajar ustadz-ustadzah ikhlas untuk berbagi ilmu,
maka otomatis cara penyampaian materi yang ustadz-ustadzah lakukan akan terasa
menyenangkan dan mudah difahami bagi semua peserta didik.
2.
Menguasai materi.
Untuk bisa menyampaikan materi dengan baik, tentu para ustadz-ustadzah dituntut
untuk menguasai materi yang akan disampaikan. Dengan demikian, ustadz-ustadzah
tidak bingung ketika menjelaskan maupun ketika mendapat pertanyaan dari peserta
didik.
3.
Ketika menyampaikan
materi pengajaran, kita usahakan dengan bahasa yang sederhana, lugas dan tidak
bertele-tele.
4.
Memberikan
contoh yang riil untuk setiap materi yang disampaikan. Kalau perlu juga
memberikan analogi untuk penjelasan yang dianggap rumit.
5.
Memberikan canda
tawa atau humor ditengah-tengah pelajaran juga sangat perlu diadakan untuk
mencairkan suasana, dan lebih membuat anak rileks.
6.
Mengajukan
pertanyaan kepada peserta didik untuk mencek pemahaman mereka.
7.
Sangat
dianjurkan untuk memberi tantangan kepada para peserta didik untuk menguatakan
pemahaman mereka terhadap materi yang telah disampaikan. Misalnya, para peserta
didik yang mengaku sudah faham dengan penjelasan ustadz-ustadzah, disuruh
mengulang di depan kelas seakan-akan ia adalah ustadz atau ustadzah yang sedang
mengajar.
4.
Mengakhiri
dengan penutupan yang berkesan
Untuk
mengakhiri kegiatan belajar, ustadz-ustadzah bisa dengan menyimpulkan kembali
materi yang telah disampaikan. Mengajukan beberapa pertanyaan kepada semua
peserta didik untuk mencek pemahaman juga sangat baik untuk dilakukan. Selain
itu juga, ustadz-ustadzah juga perlu memberikan tugas rumah baik berupa
latihan-latihan praktek yang berkaitan dengan materi yang telah disampaikan,
atau pun membaca bacaan yang terkait dengan pelajaran untuk menguatkan
pemahaman atau menambah wawasan. Sebelum menutup majlis, ustadz-ustadzah sebisa
mungkin memberi pesan atau motivasi kepada para peserta didik untuk terus
belajar dan tak berputus asa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar