Minggu, 26 Mei 2013

USTADZAH CERDAS MAHIR MENGELOLA KELAS


Menjadi ustadz-ustadzah idaman? Wah tentu semua orang pingin dong jadi ustadz-ustadzah idaman. Ustadz-ustadzahnya pasti di senangi anak didik, selalu dirindu,  kalau ngajar pasti pada semangat semua, kalau gak masuk sekali pasti dikangenin, duduk nyantai di halaman sekolah pasti langsung diserbu dan dikerubung anak-anak kayak semut ngrubung biscuit ^_^ , ah pokoknya menyenangkan banget. Tapi gimana sih biar jadi ustadz-ustadzah idaman? Nah tentu kita harus tahu dulu tipe ustadz-ustadzah yang diminati anak didik. Coba kita kembalikan dulu kepada diri kita masing-masing. Tipe ustadz-ustadzah yang bagaimana yang kita sukai. Mungkin, satu, yang pinter mengelola kelas sehingga anak didik semangat belajarnya, tidak ngantuk. Kalau mengajar fun banget, suaranya keras tapi tidak galak, penyabar, adil, perhatian kepada semua muridnya, tidak membeda-bedakan, anak didik merasa nyaman dan betah berlama-lama dengannya,  trus apa lagi? Wah banyak deh mestinya. Oke dah. Langsung aja kita bahas satu persatu.
a.      Ustadz-ustadzah idaman itu : pinter mengelola kelas
Pernah ada satu kelas yang kebetulan saya mengajar di kelas tersebut, terjadi perselisihan antar anak didik. Awalnya saya tidak tahu bahwa diantara mereka ada perselisihan yang cukup serius. Sehingga ketika saya memberikan tugas kelompok kepada mereka, dan saya yang menentukan anggota kelompoknya, mereka kelihatan sangat tidak semangat bahkan ogah-ogahan. Saya sempat bingung waktu itu, mengapa mereka tidak semangat dalam mengerjakan tugas. Apakah karena tugas saya kurang asyik atau yang lainnya. Tapi setelah melihat dari wajah mereka dan sikap mereka terhadap teman-teman anggotanya, saya akhirnya bisa menyimpulkan bahwa yang jadi problem mereka adalah ketidak adanya ketercocokan diantara mereka.
Itulah salah satu contoh problem kelas yang mungkin setiap ustadz-usatadzah juga sering menemukannya tatkala mengajar di kelas. Kita sebagai pemegang kendali kelas, tentunya dituntut untuk mampu mengatasi masalah-masalah semisal itu. Dan inilah yang disebut dengan aktivitas mengelola kelas. Mengelola kelas bukanlah sesuatu yang mudah dikerjakan karena untuk mengelola kelas diperlukan kemampuan yang baik dalam bidang ini. Karena alasan ini lah tidak semua pengajar mempunyai kemampuan yang baik dalam hal ini. Padahal kepiawaian dalam mengelola kelas sangat berpengaruh sekali dalam proses belajar mengajar. Secerdas apapun pengajar, jika dia tidak pandai mengelola kelasnya, maka peserta didik pun akan tetap kesulitan mengikuti dan memahami apa yang ia sampaikan.
Di dalam kelas, sebenarnya ustadz-ustadzah mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu mengajar dan mengelola kelas. Kegiatan mengajar dimaksudkan untuk menggiatkan para peserta didik dalam proses pembelajaran. Misalnya dengan menelaah apa yang dibutuhkan para peserta didik di saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, menyusun rencana pengajaran, menyajikan bahan pengajaran kepada peserta didik, mengajukan pertanyaan untuk menguji pemahaman peserta didik, dan  menilai kemajuan mereka. Adapun mengelola kelas, dan inilah yang sedang kita bahas, maka yang dimaksudkan disini adalah menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas agar kegiatan mengajar itu dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Memang mungkin kadang terasa sulit membedakan apa yang menjadi problem pada anak didik tatkala berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Apakah masalahnya berkaitan dengan cara mengajar ataukah masalah eksternal? Nah, di sinilah para ustadz dan ustadzah harus mampu membedakan kedua permasalahan tersebut dan menemukan pemecahannya secara tepat. Amat sering terjadi ustadz-ustadzah (termasuk saya ^_^ ) menangani masalah yang bersifat pengajaran dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan dan sebaliknya. Misalnya, seorang ustadz-ustadzah berusaha membuat penyajian pelajaran lebih menarik agar peserta didik yang sering tidak masuk menjadi lebih tertarik untuk menghadiri pelajaran itu, padahal peserta didik tersebut tidak senang berada di kelas itu karena dia merasa tidak diterima oleh kawan-kawannya. Pemecahan seperti ini tentu saja tidak tepat. “Membuat pelajaran lebih menarik” adalah permasalahan pengajaran, sedangkan “diterima atau tidak diterima oleh kawan” adalah permasalahan pengelolaan. Masalah pengajaran harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengajaran dan masalah pengelolaan harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan. Dalam kenyataan sehari-hari kedua jenis kegiatan itu menyatu dalam kegiatan atau tingkah laku seorang ustadz-ustadzah sehingga sukar dibedakan. Namun demikian, pembedaan seperti itu amat perlu, terutama apabila kita ingin menanggulangi secara tepat permasalahan yang berkaitan dengan kelas.
Baiklah, terlepas dari ini semua, sepertinya kita tetap harus mengupas satu persatu bagaimana proses mendapatkan keahlian dalam mengelola kelas.
1.      Perencanaan.
Perencanaan merupakan suatu yang wajib untuk dilakukan oleh semua orang yang akan melakukan suatu kegiatan. Apalagi kegiatan tersebut berkaitan dengan proses belajar mengajar. Maka perencanaan adalah suatu kepastian yang harus dilakukan karena menyangkut orang lain atau anak didik. Mengapa perencanaan sangat perlu untuk dirancang? Perlu diketahui, bahwan sebuah keberhasilan tidak bisa didapat dengan cara yang instan. Semuanya melalui proses yang panjang. Dan demi kelancaran jalannya proses, perlu sekali diadakan perencanaan. Perencanaan inilah yang akan memagari dan mengendalikan jalannya proses. Segala sesuatu yang dilakukan tanpa adanya perencanaan maka hasilnya tidak akan bisa 100% memuaskan. Seorang ustadz-ustadzah yang sekedar mengajar, mendidik, membimbing, dan membina tanpa dilandasi sebuah perancanaan sedikitpun, maka termasuk ustadz-ustadzah yang cenderung ‘asal-asalan’. Pencapaian dalam pendidikan yang meliputi mental, intelektual, dan spiritual para peserta didik memang merupakan hal yang sangat penting, namun semuanya tidak akan muncul begitu saja tanpa adanya perencanaan.
Perencanaan dalam proses belajar mengajar merupakan unsur yang sangat penting sekaligus merupakan syarat pokok bagi seorang ustadz-ustadzah yang ingin menjadi pengelola kelas (menejer kelas) yang baik. Tanpa perencanaan, proses belajar mengajar akan gagal. Mengapa bisa gagal, karena proses belajar mengajar dilakukan tanpa persiapan yang baik. Sehingga berdampak negative pada kegiatan tersebut atau paling tidak hasil tidak optimal.
Kita mungkin sebaiknya membahas dulu tentang perencanaan mengajar. Karena mengelola kelas sudah satu paket dengan aktikvitas mengajar. Untuk perencanaan, maka tidak terlepas dari unsur-unsur berikut:
Pertama, target. Seorang ustadz-ustadzah seharusnya menentukan diawal perencanaan sebuah target yang ingin dicapai. Misalnya berfikir, dalam pertemuan ini apa yang harus di dapat oleh para peserta didik. Target tentunya diputuskan sesuai dengan kondisi, termasuk waktu, kemampuan peserta didik, dan psikologis peserta didik. Jangan sampai seorang ustadz-ustadzah menetapkan target yang sangat tinggi dan muluk-muluk sekali. Misalnya, ingin menjadikan majlis TPA-nya paling unggul se-Indonesia. Target yang demikian itu terlalu melambung tinggi. Dan akhirnya akan mengganggu psikologis para peserta didik. Yah semuanya harus disesuaikan, dirinci sesuai dengan limit waktu juga. Dan perlu diingat bahwa semua keberhasilan memerlukan proses yang panjang, pelan-pelan tapi pasti kemajuannya.
Kedua, regulasi. Perencanaan yang dirancang oleh seorang ustadz-ustadzah harus sesuai dengan peraturan atau kewenangan yang telah ditetapkan. Sehingga kegiatan berlajar dan mengajar beralangsung secara lancar dan tidak bertabrakan dengan pihak-pihak lain. Misalnya, seorang ustadz-ustadzah mengajarkan pelajaran yang seharusnya tidak disampaikan pada usia tersebut, dan lain sebagainya.
Ketiga, mekanisme. Hal ini merupakan tatacara pelaksanaan perancanaan yang telah dilis sebelumnya. Seorang ustadz-ustadzah juga perlu jauh-jauh hari menyiapkan tata cara atau mekanisme pelaksanaan rencana yang sudah ada. Sangat mustahil sekali jika suatu rencana disusun tanpa ada mekanisme yang akan diterapkan, karena hasil akan menjadi tidak optimal atau memuaskan semua pihak.
Keempat, yang tak kalah penting, yaitu agenda. Agenda merupakan persiapan alternatif apabila perencanaan awal gagal dilaksanakan atau hasil yang dicapai tidak memuaskan. Dengan adanya agenda ini, maka kegiatan belajar mengajar tetap berlangsung dengan lancar.
Dari keempat unsur tersebut bisa disimpulkan, bahwa ustadz-ustadzah dalam menyusun rencana pengajaran, dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut, yaitu:
1.      Tindakan apa yang harus dikerjakan?
2.      Mengapa tindakan tersebut harus dilakukan?
3.      Kapan tindakan tersebut dilakukan?
4.      Di mana tindakan tersebut dilakukan?
5.      Siapa yang akan melakukan tindakan tersebut?
6.      Bagaimana cara melakukan tindakan tersebut?
2.      Pengaturan Kelas
Untuk pengaturan kelas, pengorganisasian yang dibentuk dalam kelas atau majlis taklim adalah yang dominan berperan dalam hal ini. Karena dengan pengorganisasian inilah yang akan memperlancar jalannya proses belajar mengajar di kelas maupun di luar kelas. Seorang ustadz-ustadzah perlu sekali membentuk organisasi dalam setiap kelasnya. Dengan adanya organisasi yang dibentuk ini, para peserta didik dapat diikut sertakan dalam pengaturan kelas, sehingga mereka dapat melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab. Misalnya hal yang biasa berlaku dalam kelas-kelas atau majelis taklim adalah pembentukan tingkatan kepemimpinan dalam kelas, yaitu adanya rais fashl (ketua kelas), naib (wakil untuk ketua kelas), dan wazir-wazirnya (pembantu-pembantunya). Wazir-wazir ini bisa berupa sekertaris, bendahara, penanggung jawab kelancaran belajar (biasanya diistilahkan dengan qism ta’lim), penanggung jawab kebersihan (qism nadhafah), dan lain sebagainya. Pembentukan organisasi ini bisa juga berlaku pada pelajaran atau kegiatan-kegiatan yang lain. Dalam hal ini seorang ustadz-ustadzah harus adil dan bijaksana dalam memilih siapa saja dari para peserta didik yang mampu dan pantas untuk menerima tugas ini. Karena kemampuan untuk bertanggung jawab dalam mengemban tugas tidak hanya dimiliki oleh anak-anak yang cerdas saja. Bisa jadi, anak yang cerdas malah tidak mempunyai kemampuan dalam memimpin.
Agar seorang ustadz-ustadzah dapat menentukan dengan tepat dalam pembagian tugas ini, maka ada hal-hal yang harus dilakukan oleh para ustadz-ustadzah. Pertama, mengenal kepribadian para peserta didik secara individual, sehingga ustadz-ustadzah dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh tiap-tiap orang. Kedua, selalu mencek perkembangan peserta didik di dalam atau di luar kelas. Ketiga, tidak berpatokan pada nilai atau hasil belajar di sekolah, karena rasa tangung jawab dan kepemimpinan sering kali tidak dipengaruhi oleh kecerdasan. Artinya, bisa saja anak yang tingkat kecerdasannya biasa-biasa saja lebih mampu untuk memikul beban dan lebih bertanggung jawab dari pada anak yang cerdas.
Sebagai contoh, saya pernah menjabat sebagai wali kelas, dan melakukan pemilihan ketua kelas dengan cara memilih seorang anak yang cukup pintar. Akibatnya, setelah berjalan beberapa bulan, banyak sekali yang mengeluhkan kepemimpinan anak yang saya pilih. Teman-temannya mengatakan, bahwa si ketua kelas tidak dapat memberikan contoh yang baik, misalnya selalu terlambat masuk kelas, jika kelas ramai si ketua kelas acuh tak acuh, dan lain sebagainya. Yang lebih fatal lagi adalah, setelah menjabat menjadi ketua kelas, si pintar itu prestasi belajarnya menurun drastis. Hal ini cukup memberi pelajaran yang berharga buat saya. Ternyata tidak semua anak pintar mampu mengemban tugas dan mampu bertanggung jawab.
Dengan adanya pembagian tugas-tugas ini, diharapkan masalah-masalah serius yang terjadi di dalam kelas bisa teratasi dengan lebih mudah. Selain itu juga memudahkan ustadz-ustadzah dalam mengontrol semua kegiatan para peserta didik, dan juga meningkatkan kerukunan antar para peserta didik ketika mengerjakan tugas atau melakukan kegiatan lain.
3.      Melakukan Pengawasan
Jika pengorganisasian telah dibentuk, dan masing-masing peserta didik telah mendapatkan tugasnya masing-masing, maka tugas ustadz-ustadzah adalah melakukan pengawasan terhadap kelancaran kegiatan belajar mengajar. Pengawasan ini memang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kemajuan yang dihasilkan selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Namun walaupun demikian, seorang ustadz-ustadzah cukup mengawasi hal-hal yang dianggap penting bahkan yang dapat mempengaruhi tercapainya tujuan. Atau dengan kata lain, ustadz-ustadzah tidak perlu mengawasi secara total.
Lalu apa manfaat atau tujuan diadakannya pengawasan? Berikut ini ada beberapa tujuan dilakukannya pengawaasan:
1.      Melatih peserta didik untuk selalu bersikap disiplin dalam kegiatan belajar.
2.      Meningkatkan rasa tanggung jawab dan semangat para peserta didik dalam setiap kegiatan belajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
3.      Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan.
4.      Menjaga arah kebijakan dan ritme kegiatan pengajaran sesuai dengan ketentuan dan kebijakan bersama.
5.      Mengethui letak kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh peserta didik. Dengan demikian, ustadz-ustadzah dapat menentukan langkah-langkah selanjutnya.
6.      Menjaga agar para peserta didik tidak keluar dari rute atau koridor yang telah ditetapkan oleh ustadz-ustadzah sebelumnya.
Demikianlah tujuan diiadakannya pengawasan. Sehingga tidak berarti pengawasan dilakukan karena ingin mengintai anak yang berbuat salah supaya bisa dihukum. Bahkan dengan pengawasan ini justru supaya para ustadz-ustadzah dapat mengambil sikap yang strategis dalam pengembangan pendidikan.
4.      Cara Jitu Mengatasi Kegoncangan dalam Kelas
Tentu ustadz-ustadzah pernah ya, menemui dari peserta didik yang over acting atau punya keaktivan yang perlu di atasi. Misalnya sering membuat keonaran di kelas, atau tidak memperhatikan ustadz-ustadzahnya malah beraktivitas sendiri, atau malah dengan santainya tidur di kelas. Menemui hal-hal seperti itu bagaimana para ustadz-ustadzah mengatasinya? Dibiarkan saja, dimarahi, atau dipanggil ke kantor guru? :) . Wah, kalau dipanggil ke kantor guru kok kesannya menakutkan ya? Hehe. Tapi memang banyak sekolah-sekolah yang menerapkan system ini. Anak yang membuat masalah di kelas atau di sekolahan dipanggil ke kantor guru. Mungkin kalau memang anaknya sudah tidak bisa diatasi, tentu wajar saja kalau dipanggil ke kantor guru. Tapi kalau si anak hanya tidur di kelas, lalu dipanggil ke kantor guru, karena dianggap melanggar, apa tidak terlalu otoriter atuh? J
Oke, dah. Kita bahas langsung aja tehnik-tehnik menghadapi peserta didik yang istimewa dan perlu diatasi. Ada beberapa tehnik yang bisa dicoba untuk mengatasi anak-anak yang menurut kita sangat mengganggu kelancaran belajar mengajar. Tehnik-tehnik tersebut ialah:
1)    Tehnik mendekati. Bila salah seorang dari peserta didik mulai bertingkah yang menjurus pada tingkah laku distruptif (mengganggu) atau nakal, maka tehnik yang bisa diterapkan adalah dengan cara mendekatinya. Hanya sekedar mendekati tanpa kata-kata. Biasanya, kehadiran ustadz-ustadzah di sampingnya bisa langsung menghentikannya dari perbuatannya. Karena kewibawaan yang dimiliki ustadz-ustadzah cukup membuat si anak takut. Bisa juga ustadz-ustadzah mendekatinya dan menatapnya dengan seulas senyum, si anak yang mau bertingkah pasti akan tersipu malu. Atau kalau si anak tidak ada perubahan, bisa saja para ustadz-ustdzah menyuruhnya untuk pindah tempat duduk di meja guru, dengan demikian kebijakan ini bisa mencegah anak untuk melanjutkan kenakalannya.
2)    Tehnik memberikan isyarat. Apabila peserta didik berbuat kenakalan kecil dan ringan, ustadz-ustadzah dapat memberikan isyarat bahwa ia sedang diawasi. Isyarat tersebut bisa berupa petikan jari, pandangan tajam, atau lambaian tangan.
3)   Tehnik mengadakan humor. Jika insiden itu kecil, setidaknya ustadz-ustadzah memandang efek saja, dengan melihatnya secara humoristis, dengan begitu ustadz-ustadzah dapat mempertahankan suasana yang baik, serta memberikan peringatan kepada si pelanggar bahwa ia tahu tentang apa yang akan terjadi.
4)      Tehnik yang keras. Ustadz-ustadzah dapat menggunakan tehnik-tehnik yang keras apabila ia dihadapkan pada perilaku disruptif yang jelas tidak terkendalikan bahkan berdampak besar. Contohnya mengeluarkannya dalam kelas.
5)  Bila kenakalan dari peserta didik mulai bertambah, mungkin ustadz-ustadzah bisa menilai kembali tindakan dan pengajarannya, lalu menjelaskan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh para peserta didik. Diskusikan dengan mereka secara bersahabat, lalu mencari solusi dan keputusan tindakan bersama-sama, sehingga para peserta didik diharapkan bisa komitmen dengan keputusan yang diambil. Setelah itu, ustad -ustadzah bisa menciptakan kembali suasana belajar yang sedikita lebih sesuai daripada sebelumnya.
6)     Tehnik memberikan penjelasan tentang prosedur. Sudah biasa kita temui, bahwa peserta didik seringkali membuat kesalahan yang bersimpangan dengan peraturan atau kedisiplinan yang kita buat. Hal ini terjadi, karena kadang tanpa kita sadari, kita, sebagai seorang ustadz-ustadzah, membuat suatu peraturan atau kedisiplinan dengan dasar asumsi kita bahwa para peserta didik memiliki ketrampilan tertentu, padahal tidak. Sehingga, para peserta didik tidak melakukan seperti yang kita harapkan. Masalah yang hampir sama yaitu masalah-masalah perilaku yang lazimnya berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang tidak biasa dikelas. Nah solusi yang baik untuk masalah ini adalah menjelaskan kembali mengenai prosedur yang telah kita buat. Dengan demikian, para peserta didik bisa menjadi lebih faham dengan apa yang diinginkan para ustadz-ustadzah.
7)    Mengadakan perubahan kegiatan. Biasanya keonaran atau gangguan terjadi disebabkan beberapa hal. Salah satunya adalah jenuh. Tindakan yang bisa diadopsi dalam masalah ini adalah dengan mengubah strategi kegiatan di kelas. Misalanya, kalau biasanya dengan metode diskusi, sekarang diubah dengan memberikan ringkasan-ringkasan untuk dibaca atau menyuruh mereka membaca buku-buku pilihan mereka.
8)  Tehnik menghimbau. Ketika kelas ramai, sorak sorai peserta didik sangat keras sekali bahkan mengganggu kegiatan belajar mengajar, terlebih lagi membuat ustadz-ustadzahnya kesulitan menyampaikan pelajarannya, maka tehnik yang bisa digunakan adalah tehnik menghimbau. Menghimbau dengan kata “Harap Tenang”. Namun jika terlalu sering menghimbau biasanya akan membikin bosan dan akhirnya tidak digubris lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar