Menjadi ustadz-ustadzah idaman? Wah tentu semua orang
pingin dong jadi ustadz-ustadzah idaman. Ustadz-ustadzahnya pasti di senangi
anak didik, selalu dirindu, kalau ngajar
pasti pada semangat semua, kalau gak masuk sekali pasti dikangenin, duduk
nyantai di halaman sekolah pasti langsung diserbu dan dikerubung anak-anak
kayak semut ngrubung biscuit ^_^ , ah pokoknya menyenangkan banget. Tapi gimana sih
biar jadi ustadz-ustadzah idaman? Nah tentu kita harus tahu dulu tipe
ustadz-ustadzah yang diminati anak didik. Coba kita kembalikan dulu kepada diri
kita masing-masing. Tipe ustadz-ustadzah yang bagaimana yang kita sukai.
Mungkin, satu, yang pinter mengelola kelas sehingga anak didik semangat
belajarnya, tidak ngantuk. Kalau mengajar fun banget, suaranya keras tapi tidak
galak, penyabar, adil, perhatian kepada semua muridnya, tidak membeda-bedakan,
anak didik merasa nyaman dan betah berlama-lama dengannya, trus apa lagi? Wah banyak deh mestinya. Oke
dah. Langsung aja kita bahas satu persatu.
a. Ustadz-ustadzah idaman itu :
pinter mengelola kelas
Pernah ada satu kelas yang kebetulan saya mengajar di
kelas tersebut, terjadi perselisihan antar anak didik. Awalnya saya tidak tahu
bahwa diantara mereka ada perselisihan yang cukup serius. Sehingga ketika saya
memberikan tugas kelompok kepada mereka, dan saya yang menentukan anggota
kelompoknya, mereka kelihatan sangat tidak semangat bahkan ogah-ogahan. Saya
sempat bingung waktu itu, mengapa mereka tidak semangat dalam mengerjakan
tugas. Apakah karena tugas saya kurang asyik atau yang lainnya. Tapi setelah melihat
dari wajah mereka dan sikap mereka terhadap teman-teman anggotanya, saya
akhirnya bisa menyimpulkan bahwa yang jadi problem mereka adalah ketidak adanya
ketercocokan diantara mereka.
Itulah salah satu contoh problem kelas yang mungkin
setiap ustadz-usatadzah juga sering menemukannya tatkala mengajar di kelas.
Kita sebagai pemegang kendali kelas, tentunya dituntut untuk mampu mengatasi
masalah-masalah semisal itu. Dan inilah yang disebut dengan aktivitas mengelola
kelas. Mengelola kelas bukanlah sesuatu yang mudah dikerjakan karena untuk
mengelola kelas diperlukan kemampuan yang baik dalam bidang ini. Karena alasan
ini lah tidak semua pengajar mempunyai kemampuan yang baik dalam hal ini.
Padahal kepiawaian dalam mengelola kelas sangat berpengaruh sekali dalam proses
belajar mengajar. Secerdas apapun pengajar, jika dia tidak pandai mengelola
kelasnya, maka peserta didik pun akan tetap kesulitan mengikuti dan memahami
apa yang ia sampaikan.
Di dalam kelas, sebenarnya ustadz-ustadzah mempunyai
dua kegiatan pokok, yaitu mengajar dan mengelola kelas. Kegiatan mengajar
dimaksudkan untuk menggiatkan para peserta didik dalam proses pembelajaran.
Misalnya dengan menelaah apa yang dibutuhkan para peserta didik di saat
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, menyusun rencana pengajaran,
menyajikan bahan pengajaran kepada peserta didik, mengajukan pertanyaan untuk
menguji pemahaman peserta didik, dan
menilai kemajuan mereka. Adapun mengelola kelas, dan inilah yang sedang
kita bahas, maka yang dimaksudkan disini adalah menciptakan dan mempertahankan
suasana (kondisi) kelas agar kegiatan mengajar itu dapat berlangsung secara
efektif dan efisien.
Memang mungkin kadang terasa sulit membedakan apa yang
menjadi problem pada anak didik tatkala berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar. Apakah masalahnya berkaitan dengan cara mengajar ataukah masalah
eksternal? Nah, di sinilah para ustadz dan ustadzah harus mampu membedakan
kedua permasalahan tersebut dan menemukan pemecahannya secara tepat. Amat
sering terjadi ustadz-ustadzah
(termasuk saya ^_^ ) menangani masalah yang
bersifat pengajaran dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan dan sebaliknya.
Misalnya, seorang ustadz-ustadzah berusaha membuat penyajian pelajaran lebih
menarik agar peserta didik yang sering tidak masuk menjadi lebih tertarik untuk
menghadiri pelajaran itu, padahal peserta didik tersebut tidak senang berada di
kelas itu karena dia merasa tidak diterima oleh kawan-kawannya. Pemecahan
seperti ini tentu saja tidak tepat. “Membuat pelajaran lebih menarik” adalah
permasalahan pengajaran, sedangkan “diterima atau tidak diterima oleh kawan”
adalah permasalahan pengelolaan. Masalah pengajaran harus ditangani dengan
pemecahan yang bersifat pengajaran dan masalah pengelolaan harus ditangani
dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan. Dalam kenyataan sehari-hari kedua
jenis kegiatan itu menyatu dalam kegiatan atau tingkah laku seorang
ustadz-ustadzah sehingga sukar dibedakan. Namun demikian, pembedaan seperti itu
amat perlu, terutama apabila kita ingin menanggulangi secara tepat permasalahan
yang berkaitan dengan kelas.
Baiklah, terlepas dari ini semua, sepertinya kita
tetap harus mengupas satu persatu bagaimana proses mendapatkan keahlian dalam
mengelola kelas.
1. Perencanaan.
Perencanaan merupakan suatu yang wajib untuk dilakukan
oleh semua orang yang akan melakukan suatu kegiatan. Apalagi kegiatan tersebut
berkaitan dengan proses belajar mengajar. Maka perencanaan adalah suatu
kepastian yang harus dilakukan karena menyangkut orang lain atau anak didik. Mengapa
perencanaan sangat perlu untuk dirancang? Perlu diketahui, bahwan sebuah
keberhasilan tidak bisa didapat dengan cara yang instan. Semuanya melalui
proses yang panjang. Dan demi kelancaran jalannya proses, perlu sekali diadakan
perencanaan. Perencanaan inilah yang akan memagari dan mengendalikan jalannya
proses. Segala sesuatu yang dilakukan tanpa adanya perencanaan maka hasilnya
tidak akan bisa 100% memuaskan. Seorang ustadz-ustadzah yang sekedar mengajar,
mendidik, membimbing, dan membina tanpa dilandasi sebuah perancanaan
sedikitpun, maka termasuk ustadz-ustadzah yang cenderung ‘asal-asalan’.
Pencapaian dalam pendidikan yang meliputi mental, intelektual, dan spiritual
para peserta didik memang merupakan hal yang sangat penting, namun semuanya
tidak akan muncul begitu saja tanpa adanya perencanaan.
Perencanaan dalam proses belajar mengajar merupakan
unsur yang sangat penting sekaligus merupakan syarat pokok bagi seorang
ustadz-ustadzah yang ingin menjadi pengelola kelas (menejer kelas) yang baik.
Tanpa perencanaan, proses belajar mengajar akan gagal. Mengapa bisa gagal,
karena proses belajar mengajar dilakukan tanpa persiapan yang baik. Sehingga
berdampak negative pada kegiatan tersebut atau paling tidak hasil tidak optimal.
Kita mungkin sebaiknya membahas dulu tentang
perencanaan mengajar. Karena mengelola kelas sudah satu paket dengan aktikvitas
mengajar. Untuk perencanaan, maka tidak terlepas dari unsur-unsur berikut:
Pertama, target. Seorang ustadz-ustadzah seharusnya menentukan diawal perencanaan sebuah
target yang ingin dicapai. Misalnya berfikir, dalam pertemuan ini apa yang
harus di dapat oleh para peserta didik. Target tentunya diputuskan sesuai
dengan kondisi, termasuk waktu, kemampuan peserta didik, dan psikologis peserta
didik. Jangan sampai seorang ustadz-ustadzah menetapkan target yang sangat
tinggi dan muluk-muluk sekali. Misalnya, ingin menjadikan majlis TPA-nya paling
unggul se-Indonesia. Target yang demikian itu terlalu melambung tinggi. Dan
akhirnya akan mengganggu psikologis para peserta didik. Yah semuanya harus
disesuaikan, dirinci sesuai dengan limit waktu juga. Dan perlu diingat bahwa semua
keberhasilan memerlukan proses yang panjang, pelan-pelan tapi pasti kemajuannya.
Kedua, regulasi.
Perencanaan yang dirancang oleh seorang ustadz-ustadzah harus sesuai dengan
peraturan atau kewenangan yang telah ditetapkan. Sehingga kegiatan berlajar dan
mengajar beralangsung secara lancar dan tidak bertabrakan dengan pihak-pihak
lain. Misalnya, seorang ustadz-ustadzah mengajarkan pelajaran yang seharusnya
tidak disampaikan pada usia tersebut, dan lain sebagainya.
Ketiga, mekanisme.
Hal ini merupakan tatacara pelaksanaan perancanaan yang telah dilis sebelumnya.
Seorang ustadz-ustadzah juga perlu jauh-jauh hari menyiapkan tata cara atau
mekanisme pelaksanaan rencana yang sudah ada. Sangat mustahil sekali jika suatu
rencana disusun tanpa ada mekanisme yang akan diterapkan, karena hasil akan
menjadi tidak optimal atau memuaskan semua pihak.
Keempat, yang
tak kalah penting, yaitu agenda. Agenda merupakan persiapan alternatif apabila
perencanaan awal gagal dilaksanakan atau hasil yang dicapai tidak memuaskan.
Dengan adanya agenda ini, maka kegiatan belajar mengajar tetap berlangsung
dengan lancar.
Dari keempat unsur tersebut bisa disimpulkan, bahwa
ustadz-ustadzah dalam menyusun rencana pengajaran, dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut, yaitu:
1. Tindakan apa yang harus dikerjakan?
2. Mengapa tindakan tersebut harus dilakukan?
3. Kapan tindakan tersebut dilakukan?
4. Di mana tindakan tersebut dilakukan?
5. Siapa yang akan melakukan tindakan tersebut?
6. Bagaimana cara melakukan tindakan tersebut?
2. Pengaturan Kelas
Untuk
pengaturan kelas, pengorganisasian yang dibentuk dalam kelas atau majlis taklim
adalah yang dominan berperan dalam hal ini. Karena dengan pengorganisasian
inilah yang akan memperlancar jalannya proses belajar mengajar di kelas maupun
di luar kelas. Seorang ustadz-ustadzah perlu sekali membentuk organisasi dalam
setiap kelasnya. Dengan adanya organisasi yang dibentuk ini, para peserta didik
dapat diikut sertakan dalam pengaturan kelas, sehingga mereka dapat
melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab. Misalnya hal yang biasa berlaku
dalam kelas-kelas atau majelis taklim adalah pembentukan tingkatan kepemimpinan
dalam kelas, yaitu adanya rais fashl (ketua kelas), naib (wakil untuk ketua
kelas), dan wazir-wazirnya (pembantu-pembantunya). Wazir-wazir ini bisa berupa
sekertaris, bendahara, penanggung jawab kelancaran belajar (biasanya
diistilahkan dengan qism ta’lim), penanggung jawab kebersihan (qism nadhafah),
dan lain sebagainya. Pembentukan organisasi ini bisa juga berlaku pada
pelajaran atau kegiatan-kegiatan yang lain. Dalam hal ini seorang
ustadz-ustadzah harus adil dan bijaksana dalam memilih siapa saja dari para
peserta didik yang mampu dan pantas untuk menerima tugas ini. Karena kemampuan
untuk bertanggung jawab dalam mengemban tugas tidak hanya dimiliki oleh anak-anak
yang cerdas saja. Bisa jadi, anak yang cerdas malah tidak mempunyai kemampuan
dalam memimpin.
Agar seorang ustadz-ustadzah dapat menentukan dengan
tepat dalam pembagian tugas ini, maka ada hal-hal yang harus dilakukan oleh
para ustadz-ustadzah. Pertama, mengenal kepribadian para peserta didik
secara individual, sehingga ustadz-ustadzah dapat mengetahui kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki oleh tiap-tiap orang. Kedua, selalu mencek
perkembangan peserta didik di dalam atau di luar kelas. Ketiga, tidak
berpatokan pada nilai atau hasil belajar di sekolah, karena rasa tangung jawab
dan kepemimpinan sering kali tidak dipengaruhi oleh kecerdasan. Artinya, bisa
saja anak yang tingkat kecerdasannya biasa-biasa saja lebih mampu untuk memikul
beban dan lebih bertanggung jawab dari pada anak yang cerdas.
Sebagai contoh, saya pernah menjabat sebagai wali
kelas, dan melakukan pemilihan ketua kelas dengan cara memilih seorang anak
yang cukup pintar. Akibatnya, setelah berjalan beberapa bulan, banyak sekali
yang mengeluhkan kepemimpinan anak yang saya pilih. Teman-temannya mengatakan,
bahwa si ketua kelas tidak dapat memberikan contoh yang baik, misalnya selalu
terlambat masuk kelas, jika kelas ramai si ketua kelas acuh tak acuh, dan lain
sebagainya. Yang lebih fatal lagi adalah, setelah menjabat menjadi ketua kelas,
si pintar itu prestasi belajarnya menurun drastis. Hal ini cukup memberi
pelajaran yang berharga buat saya. Ternyata tidak semua anak pintar mampu
mengemban tugas dan mampu bertanggung jawab.
Dengan adanya pembagian tugas-tugas ini, diharapkan
masalah-masalah serius yang terjadi di dalam kelas bisa teratasi dengan lebih
mudah. Selain itu juga memudahkan ustadz-ustadzah dalam mengontrol semua
kegiatan para peserta didik, dan juga meningkatkan kerukunan antar para peserta
didik ketika mengerjakan tugas atau melakukan kegiatan lain.
3.
Melakukan Pengawasan
Jika pengorganisasian telah dibentuk, dan
masing-masing peserta didik telah mendapatkan tugasnya masing-masing, maka
tugas ustadz-ustadzah adalah melakukan pengawasan terhadap kelancaran kegiatan
belajar mengajar. Pengawasan ini memang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
kemajuan yang dihasilkan selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Namun
walaupun demikian, seorang ustadz-ustadzah cukup mengawasi hal-hal yang
dianggap penting bahkan yang dapat mempengaruhi tercapainya tujuan. Atau dengan
kata lain, ustadz-ustadzah tidak perlu mengawasi secara total.
Lalu apa manfaat atau tujuan diadakannya pengawasan?
Berikut ini ada beberapa tujuan dilakukannya pengawaasan:
1.
Melatih peserta didik untuk selalu bersikap disiplin dalam kegiatan
belajar.
2.
Meningkatkan rasa tanggung jawab dan semangat para peserta didik dalam
setiap kegiatan belajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
3.
Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan.
4.
Menjaga arah kebijakan dan ritme kegiatan pengajaran sesuai dengan
ketentuan dan kebijakan bersama.
5.
Mengethui letak kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh peserta
didik. Dengan demikian, ustadz-ustadzah dapat menentukan langkah-langkah
selanjutnya.
6.
Menjaga agar para peserta didik tidak keluar dari rute atau koridor yang
telah ditetapkan oleh ustadz-ustadzah sebelumnya.
Demikianlah tujuan diiadakannya pengawasan. Sehingga
tidak berarti pengawasan dilakukan karena ingin mengintai anak yang berbuat
salah supaya bisa dihukum. Bahkan dengan pengawasan ini justru supaya para
ustadz-ustadzah dapat mengambil sikap yang strategis dalam pengembangan pendidikan.
4.
Cara Jitu Mengatasi Kegoncangan dalam Kelas
Tentu ustadz-ustadzah pernah ya, menemui dari peserta didik
yang over acting atau punya keaktivan yang perlu di atasi. Misalnya sering
membuat keonaran di kelas, atau tidak memperhatikan ustadz-ustadzahnya malah
beraktivitas sendiri, atau malah dengan santainya tidur di kelas. Menemui
hal-hal seperti itu bagaimana para ustadz-ustadzah mengatasinya? Dibiarkan
saja, dimarahi, atau dipanggil ke kantor guru? :) . Wah, kalau dipanggil ke kantor
guru kok kesannya menakutkan ya? Hehe. Tapi memang banyak sekolah-sekolah yang
menerapkan system ini. Anak yang membuat masalah di kelas atau di sekolahan
dipanggil ke kantor guru. Mungkin kalau memang anaknya sudah tidak bisa
diatasi, tentu wajar saja kalau dipanggil ke kantor guru. Tapi kalau si anak
hanya tidur di kelas, lalu dipanggil ke kantor guru, karena dianggap melanggar,
apa tidak terlalu otoriter atuh? J
Oke, dah. Kita bahas langsung aja tehnik-tehnik menghadapi
peserta didik yang istimewa dan perlu diatasi. Ada beberapa tehnik yang bisa
dicoba untuk mengatasi anak-anak yang menurut kita sangat mengganggu kelancaran
belajar mengajar. Tehnik-tehnik tersebut ialah:
1) Tehnik
mendekati. Bila salah seorang dari peserta didik mulai bertingkah yang menjurus
pada tingkah laku distruptif (mengganggu) atau nakal, maka tehnik yang bisa
diterapkan adalah dengan cara mendekatinya. Hanya sekedar mendekati tanpa
kata-kata. Biasanya, kehadiran ustadz-ustadzah di sampingnya bisa langsung
menghentikannya dari perbuatannya. Karena kewibawaan yang dimiliki
ustadz-ustadzah cukup membuat si anak takut. Bisa juga ustadz-ustadzah
mendekatinya dan menatapnya dengan seulas senyum, si anak yang mau bertingkah
pasti akan tersipu malu. Atau kalau si anak tidak ada perubahan, bisa saja para
ustadz-ustdzah menyuruhnya untuk pindah tempat duduk di meja guru, dengan
demikian kebijakan ini bisa mencegah anak untuk melanjutkan kenakalannya.
2) Tehnik
memberikan isyarat. Apabila peserta didik berbuat kenakalan kecil dan ringan,
ustadz-ustadzah dapat memberikan isyarat bahwa ia sedang diawasi. Isyarat
tersebut bisa berupa petikan jari, pandangan tajam, atau lambaian tangan.
3) Tehnik
mengadakan humor. Jika insiden itu kecil, setidaknya ustadz-ustadzah memandang
efek saja, dengan melihatnya secara humoristis, dengan begitu ustadz-ustadzah
dapat mempertahankan suasana yang baik, serta memberikan peringatan kepada si
pelanggar bahwa ia tahu tentang apa yang akan terjadi.
4) Tehnik
yang keras. Ustadz-ustadzah dapat menggunakan tehnik-tehnik yang keras apabila
ia dihadapkan pada perilaku disruptif yang jelas tidak terkendalikan bahkan
berdampak besar. Contohnya mengeluarkannya dalam kelas.
5) Bila
kenakalan dari peserta didik mulai bertambah, mungkin ustadz-ustadzah bisa
menilai kembali tindakan dan pengajarannya, lalu menjelaskan
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh para peserta didik. Diskusikan
dengan mereka secara bersahabat, lalu mencari solusi dan keputusan tindakan
bersama-sama, sehingga para peserta didik diharapkan bisa komitmen dengan
keputusan yang diambil. Setelah itu, ustad -ustadzah bisa menciptakan kembali
suasana belajar yang sedikita lebih sesuai daripada sebelumnya.
6) Tehnik
memberikan penjelasan tentang prosedur. Sudah biasa kita temui, bahwa peserta
didik seringkali membuat kesalahan yang bersimpangan dengan peraturan atau
kedisiplinan yang kita buat. Hal ini terjadi, karena kadang tanpa kita sadari, kita,
sebagai seorang ustadz-ustadzah, membuat suatu peraturan atau kedisiplinan
dengan dasar asumsi kita bahwa para peserta didik memiliki ketrampilan
tertentu, padahal tidak. Sehingga, para peserta didik tidak melakukan seperti
yang kita harapkan. Masalah yang hampir sama yaitu masalah-masalah perilaku yang
lazimnya berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang tidak biasa dikelas. Nah solusi
yang baik untuk masalah ini adalah menjelaskan kembali mengenai prosedur yang
telah kita buat. Dengan demikian, para peserta didik bisa menjadi lebih faham
dengan apa yang diinginkan para ustadz-ustadzah.
7) Mengadakan
perubahan kegiatan.
Biasanya
keonaran atau
gangguan terjadi disebabkan beberapa hal. Salah satunya adalah jenuh. Tindakan
yang bisa diadopsi dalam masalah ini adalah dengan mengubah strategi kegiatan
di kelas. Misalanya, kalau biasanya dengan metode diskusi, sekarang diubah dengan memberikan
ringkasan-ringkasan untuk dibaca atau menyuruh mereka membaca buku-buku pilihan
mereka.
8) Tehnik
menghimbau. Ketika kelas ramai, sorak sorai peserta didik sangat keras sekali
bahkan mengganggu kegiatan belajar mengajar, terlebih lagi membuat
ustadz-ustadzahnya kesulitan menyampaikan pelajarannya, maka tehnik yang bisa
digunakan adalah tehnik menghimbau. Menghimbau dengan kata “Harap
Tenang”. Namun jika terlalu sering menghimbau biasanya akan membikin bosan dan
akhirnya tidak digubris lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar