Rabu, 24 April 2013

METODE PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Al-hamdulillahirabbil ‘alamin, setelah saya mengikuti seminar pembelajaran bahasa Arab di Ma’had Abu Bakar as-Shiddiq, saya mendapatkan manfaat yang sangat banyak sekali, yaitu bagaimana cara mengajarkan bahasa Arab yang banar dan sesuai dengan tingkatan yang ada. Berikut ini akan saya mencoba berbagi apa yang saya dapatkan dalam seminar tersebut. Semoga bermanfaat.
Ada empat unsur yang dipelajari dalam mempelajari pelajaran berbahasa, yaitu  listening, speaking, reading, dan writing.
A.    Listening / Fahmul Masmu’/ Menyimak.
Listening dalam bahasa Arab diistilahkan dengan Fahmul Masmu’, yaitu memindahkan bahasa yang terdengar kepada makna yang dimaksudkan.
Dalam mengajarkan fahmul masmu’, diharapkan anak didik mampu:
1.      Mengenali suara dan membedakan yang mirip dan berdekatan (berkaitan dengan pengucapan huruf, misalnya: عليم dan اليم,  ).
2.      Membedakan bacaan huruf dalam bahasa siswa dan bahasa Arab. (Dengan pengertian bahwa cara mengucapkan huruf-huruf dalam bahasa Arab tidak seperti pengucapan huruf dalam bahasa Indonesia atau Jawa).
3.      Mengenali bacaan panjang pendek, syaddah, tanwin dan tanda baca lain.
4.      Mengenali makna yang tersirat dari intonasi baca, seperti kagum, bertanya, memberitakan, dst.
5.      Menggunakan hubungan symbol bacaan dan tulisan dan membedakan antara keduanya.
6.      Menemukan ide pokok dan penjelas dari yang telah didengarkan.
Adapun jenis materi fahmul masmu’ ada dua, yaitu:
A.    Fahmul Masmu’ Mukatstsaf.
-          Murid memahami teks atau dialog dengan detail dan menguasai kosa katanya.
-          Biasanya teks panjang dan disampaikan di dalam kelas dan dalam bimbingan langsung dari guru.
B.     Fahmul Masmu’ Muwassa’
-          Meny imak teks atau dialog panjang untuk memahami makna umum darinya.
-          Mengulang kembali mendengar teks untuk mendengarkan teks-teks yang dibicarakan sebelumnya.
-          Guru hanya mendiskusikan tentang ide paling penting dari teks yang didingarkan.
Adapun langkah-langkah pengajaran materi fahmul masmu’ ialah:
-          Pendahuluan materi.
-          Guru menjelaskan materi.
-          Guru memperdengarkan materi teks maupun dialog.
-          Guru memberikan penjelasan tentang mufradat dan ungkapan baru, seseuai dengan metodenya.
-          Memperdengarkan teks maupun dialog sekali lagi.
-          Guru mendiskusikan kandungan umum materi.
-          Guru menyampaikan soal latihan fahmul masmu’.

B.     Speaking atau Maharatul Kalam
 
Al-kalam (bicara, percakapan) termasuk ketrampilan berbahasa yang sangat penting. Jika kita mau mengurutkan, maka al-kalam atau percakcapan ini menduduki peringkat ke dua setelah istima’ dalam proses belajar mengajar bahasa Arab. Bahkan al-kalam merupakan inti dalam pembelajaran bahasa Arab. Sehingga sama sekali tidak benar jika dalam mempelajari bahasa Arab kita mengesampingkan ketrampilan berbicara atau bercakap-cakap ini. Jika kita analogikan, orang yang mempelajari bahasa Arab dan menguasainya namun tidak mahir dalam berbicara dan bercakap-cakap, maka kita gambarkan, kalau itu adalah suatu kitab, maka orang yang menguasai kaedah bahasa Arab tetapi tidak mahir berbicara dan bercakap-cakap, maka dia masih berada di hamisy kitab tersebut dan belum masuk pada inti kitab. Artinya al-kalam atau ketrampilan berbicara merupakan suatu yang prinsip yang sama sekali tidak boleh diabaikan.
Target pengajaran Maharatul Kalam ialah:
1.      Mampu melafadzkan tiap huruf secara fashih dan benar, keluaar dari makharijnya secara tepat.
2.      Bisa membedaka n ucapan huruf-huruf yang mirip tapi beda.
3.      Bisa membedakan antara ucapan dengan bunyi panjang dan pendek.
4.      Mampu mengucapkan kata dan kemudian kalimat secara tepat dan benar.
5.      Mampu menggunakan tarkib / susunan bahasa Arab secara benar dalam percakapan.
6.      Mampu mengutarakan/mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran dengan cara yang benar.
Dengan demikian, target pokok dalam mempelajari ketrampilan berbicara dan bercakap-cakap adalah kemampuan mengungkapkan apa yang ada di dalam benak dan kemampuan berbicara dalam bahasa Arab dengan benar dan fashih, karena inti dari berbahasa adalah dalam hal bicara.
Cara pengajaran ketrampilan berbicara:
1.      Memompa motivasi pada anak.
-          Katakan: salah tidak apa-apa, jangan takut salah, karena takut salah itu salah yang apa-apa J.
-          Memberikan perhatian yang cukup ketika murid praktek bicara.
-          Pastikan murid itu relaks dan percaya diri.
-          Tidak mencibir ketika anak salah.
2.      Jam pelajaran kalam/ta’bir syafahy adalah waktu untuk murid bukan untuk ustadz-ustadzahnya.
3.      Bertahap dan berproses.
Misalnya pada tingkat dasar, guru memulai dengan menghafalkan mufradat (kosakata) baru dan diulang-ulang. Sangat baik sekali jika dalam memperkaya kosa kata baru digunakan media yang mendukung, sehingga murid tidak menghafal, tetapi mengingat, dan ini akan lebih mudah dan tidak memberatkan. Jika dalam sesi ini murid sudah menguasai, maka berkembang pada pembuatan kalimat dengan menggunakan kosa kata yang telah diajarkan. Setelah itu baru meningkat pada menghubungkan antar kalimat (pada kalimat yang disusun acak). Begitu seterusnya, dan yang terpenting adalah tetap menggunakan tema yang sesuai dengan tingkatan mereka.
Tatkala murid dipandang sudah mempunyai kemampuan yang lebih matang, maka guru dihasung untuk melangkah lebih jauh yaitu:
·         Muhawarah Syafahy (percakapan antara 2 murid), yang mana muhawarah atau percakapan, merupakan inti dari pembelajaran bahasa Arab.
·         Bercerita singkat. Jika percakapan berlaku pada dua orang, maka cerita atau hikayat berlaku hanya satu orang. Jadi seorang murid bercerita sebagai ekspresi dari apa yang ada di dalam benaknya dari tema yang sudah ditentukan, misalnya tentang aktivitas sehari-hari atau tentang liburan. Dan lebih diutamakan memerintahkan murid untuk bercerita di depan kelas supaya mendapatkan perhatian penuh dari teman-temannya, sehingga mereka juga bisa bersama-sama memahami dan mengoreksi apa yang diceritakan.
·         Ceramah ilmiyah.
Ini sangat cocok sekali untuk murid yang sudah mencapai tingkat yang paling tinggi. Sangat bagus sekali kalau model ceramah di buat seperti ketika seminar, yaitu ada yang jadi moderator, pembicara dengan bahasa Arab, kemudian penerjemah. Atau dengan cara lain juga bisa.
4.      Evaluasi.
Perlu diingat, bahwa pada jam maharatul kalam adalah jam khusus untuk anak dan bukan untuk guru. Sehingga pada jam ini guru hendaklah tidak banyak bicara kecuali hanya sebentar saja, sedangkan murid, maka diusahakan seoptimal mungkin untuk memanfaatkan pelajaran ini sebagai kesempatan latihan .Adapun tugas guru selama jam pelajaran ini adalah mengoreksi kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh murid, kemudian membahasnya diakhir pelajaran. Sangat tidak dibenarkan, jika guru sama sekali tidak memperhatikan bagaimana mereka berbicara dan kemudian mengatakan, “yang penting mereka berani bicara dulu, adapun untuk kesalahan, mereka akan mengetahuinya sendiri ketika besar, kelak”. Sikap seperti ini tentu sama sekali tidak dibenarkan. Karena jika hal ini dibiarkan terjadi, maka murid akan selalu mengulang-ulang kesalahan tersebut bahkan sampai lulus dan menjadi alumni atau bahkan sampai menjadi guru. Ini semua terjadi disebabkan tatkala murid melakukan kesalahan yang pertama kali, tidak langsung dibenarkan.
Yang perlu diperhatikan adalah masalah makharij huruf dan panjang pendeknya, karena kesalahan dalam berucap sangat mempengaruhi perubahan arti. Sebagaimana contoh-contoh di bawah ini:
§  Dalam hal makhraj:
شديد                              -                       سديد
ناضر                             -                       ناظر
عليم                               -                       أليم
سيف                              -                       صيف
يسير                              -                       يصير
§  Dalam hal panjang pendek.
مساكين                           -                       مساكن
آمين                               -                       آمن
كافور                             -                       كفور
إن                                 -                       إنا 

C.      Reading / Maharatul Qiraah
>  Pembagian pembelajaran maharatul qira’ah menurut tahapannya:
Tahap pertama: cara pengucapan huruf.
Tahap kedua : cara pengucapan huruf yang telah menjadi kata.
Tahap ketiga : membaca kalimat-kalimat pendek.
Tahap keempat : dari kalimat-kalimat pendek meningkat pada bacaan yang tidak panjang dan tidak pula pendek.
Tahap kelima : membaca bacaan yang tidak panjang dan tidak pula pendek.
Tahap keenam : Tahap persiapan menghadapi teks panjang.
Tahap ketujuh : membaca teks panjang.

Cara pengajaran maharatul qiraah.
1.      Dalam ketrampilan membaca, guru mengenalkan pada murid bagaimana cara mengucapkan huruf-huruf hijaiyyah yang benar dan sesuai makhrajnya, serta mengenalkan bagaimana menggunakan huruf-huruf itu dalam pembuatan kata atau kalimat. Selain itu juga, guru juga mengajarkan bagaimana memadukan antara membaca dan menulis. Sehingga, murid harus bisa membaca apa yang ia tulis begitu juga sebaliknya, mampu menuliskan apa yang dia baca. Sangat bagus sekali ketika pengenalan mufaradat difasilitasi dengan media.
2.      Selain menjadikan anak mampu membaca perhuruf, perkata, dan perkalimat secara benar dan fashih, murid dituntut untuk dapat memahami apa yang ia baca sesuai konteks kalimatnya.
3.      Membaca dengan mengkritisi yang dia baca, sehingga murid tahu secara detail apa yang dia baca, bahkan sampai faham tentang kedudukan antar kalimatnya dari segi nahwu dan shorofnya.
4.      Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengajaran membaca / maharatul qiraah:
Membedakan antara huruf qamariah dengan huruf syamsyiah (karena akan mempengaruhi lahjah).
* Memperhatikan bacaan huruf ta’ marbuthah yang terletak diakhir kalimat (yaitu berubah menjadi huruf ha’).
* Memperhatikan bacaan huruf yang di fathatain yang jatuh sebelum tanda baca ( berubah bacaannya menjadi alif mamdudah).
* Adapun untuk dhommatain dan kasratain, maka membacanya dengan disukun.
* Memperhitungkan tanda-tanda baca.
* Memperhatikan intonasi bacaan (ex: ketika bertanya dan ta’jub).
* Mengucapkan dengan fashih dan tidak tergesa-gesa ketika membaca.
* Memperhatikan panjang pendeknya, begitu juga idgham, waqaf, ikhfa’, dan iqlab,
> Macam-macam ketrampilan membaca:
1.      Jenis membaca sesuai sifat kerjanya, yaitu:
-          Membaca tanpa suara. Dengan cara ini pembaca mendapatkan pemahaman dari bacaannya hanya dengan memindahkan penglihatannya dari satu kalimat kepada kalimat yang lain tanpa sibuk dengan mengeluarkan suara, sehingga hanya focus memahami apa yang ia baca.
-          Membaca dengan jahr. Yaitu membaca dengan suara yang dapat didenganr orang lain sambil mempertimbangakan pemahaman yang sesuai dengan yang ia baca.
2.      Jenis membaca yang dilakukan hanya untuk memperoleh tujuannya saja.
-          Membaca jenis ini bisa dilakukan dengan cepat dan tergesa-gesa atau membaca dengan sekilas. Kecepatan memang menjadi tujuan, namun tetap tidak boleh mengorbankan pengertian. Dalam membaca metodhe cepat ini murid tidak diminta untuk memahami rincian-rinciannya, akan tetapi cukup dengan pokok-pokoknya saja.
-          Membaca analitis.
Membaca analitis ini melatih murid untuk membaca secara teliti dan kritis sehingga murid mendapatkan kesimpulan secara tak tertulis secara explicit dari bacaannya tersebut.

D.    Maharatul Kitabah (writing ) / ketrampilan menulis.
Ada tiga proses dalam mempelajari ketrampilan menulis, yaitu: (1) menulis hijaiyyah (kitabatu harf hijaiyyah), (2) menulis kata (kitabatul kalimat), (3) menulis kalimat (kitabatul jumlah).
Tahap pertama, menulis hijaiyyah. Secara umum, tahapan ini berbentuk latihan menulis huruf-huruf hijaiyyah dalam beragam bentuk dan posisi (saat berdiri sendiri atau bersambung dengan yang lain; saat berada di depan, di tengah atau di akhir).
Tahap kedua, menulis kata. Secara umum tahapan ini berupa latihan menulis kata secara teliti dan cermat, misalnya dengan memperhatikan keberadaan huruf-huruf yang di baca namun tidak ditulis atau sebaliknya, huruf-huruf yang ditulis namun tidak dibaca; ta’ maftuhah dan ta’ marbuthah; alif tegak dan alif layyinah; bersambungnya alif-lam dengan huruf-huruf qamariyah dan syamsyiyah; hamzah qath’, hamzah washal, hamzah di tengah dan di akhir kata; dan masih banyak lagi.
Tahap ketiga, menulis kalimat. Ini merupakan tahapan menulis setelah terampil menulis kata. Tahap ini merupakan latihan merangkai kata dan menuangkan makna. Ini kerap disebut dengan tabir tahriry, yaitu mengungkapkan makna dalam bentuk tertulis. Ketrampilan menulis pada tingkat ini dibutuhkan kemampuan intelegensi, sehingga murid sudah ha rus mulai diajari tentang nahwu dan shorof.

Allahul Muwaffiq.